Sepenggal kisah dari hati yang jauh dari Al-Qur'an part 2
Sepenggal kisah dari hati yang jauh dari Al-Qur'an part 2
Ia meyakini bahwasanya hati dalam dada yang sakitnya luar biasa ia rasakan sebenarnya bukan hanya semata mata karena pola hidup nya yang salah. Namun lebih parah ia ternyata baru sadar bahwa ia selama ini jauh dari agamanya.
Sembari menuju ke tempat indekosnya ia berjalan pelan sambil tak sadar ia bergumam dan terus bergumam melantunkan dzikir. " Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar", ia berdzikir.
Setelah melewati gang depan indekosnya ia melihat ada kerumunan anak kecil yang sedang belajar Al-Qur'an di salah satu rumah guru ngaji di sana.
Ia melihat dengan seksama sambil berbisik dalam hati "ya ampun anak-anak aja bisa ngaji gitu ya. Aku masih gini-gini aja hu!", Katanya dalam hati.
Namun ia lalu terpenjak dari tatapannya dan langsung masuk kamar indekosnya.
"Ada sebuah anugrah apa ya yang Allah kasih ke aku?", Tanyanya dalam hati. Ya Allah maafkan aku yang sudah lalai dalam hidup ini. Ya Allah kasihanilah orang tuaku. Ya Allah kasihanilah aku dan berikanlah aku petunjuk serta hidayah mu.
Dering gawai yang menunjukkan waktu pukul 17.00 yang mana ia biasanya memutar lagu kesukaannya. Ya, ini adalah salah satu kebiasaan nya agar bisa mengurangi rasa sesak dalam dadanya dan ikut larut dalam suasana lagu yang ia putar.
Namun, ia justru tak melakukan kebiasaan yang selama ini ia senangi, ia melihat sudut meja di ruang kamarnya dan ia pun mengambil benda itu dengan sedikit mengibaskan tangan di permukaan benda itu.
Ia sedih sekaligus terisak tangis, lalu ia mulai membuka buku pedoman manusia yang mungkin sudah lama ia tak membukanya. Ia baca "Bismillahirrahmanirrahim", seketika itu ia hayati arti dari ayat yang ia baca. Ia tak bisa menahan air mata, begitu ia lanjutkan hingga "...Shirothol ladzina anam ta'alaihim waladhoolliin" lalu ia menutup Al-Qur'an yang ia baca. Ia meneruskan untuk memahami arti ayatnya dan ia mengingat-ingat bahwa selama ini ia hidup hanya sekedar hidup. Ia lupa bahwa ada iman yang harus dihidupi. Ada roh yang harus diberi makan. Maka ia pun sadar bahwa Al-Qur'an begitu penting dan ia memilih jalan yang terbaik untuk bisa hidup dengan Al-Qur'an.
Selesai.
Sembari menuju ke tempat indekosnya ia berjalan pelan sambil tak sadar ia bergumam dan terus bergumam melantunkan dzikir. " Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar", ia berdzikir.
Setelah melewati gang depan indekosnya ia melihat ada kerumunan anak kecil yang sedang belajar Al-Qur'an di salah satu rumah guru ngaji di sana.
Ia melihat dengan seksama sambil berbisik dalam hati "ya ampun anak-anak aja bisa ngaji gitu ya. Aku masih gini-gini aja hu!", Katanya dalam hati.
Namun ia lalu terpenjak dari tatapannya dan langsung masuk kamar indekosnya.
"Ada sebuah anugrah apa ya yang Allah kasih ke aku?", Tanyanya dalam hati. Ya Allah maafkan aku yang sudah lalai dalam hidup ini. Ya Allah kasihanilah orang tuaku. Ya Allah kasihanilah aku dan berikanlah aku petunjuk serta hidayah mu.
Dering gawai yang menunjukkan waktu pukul 17.00 yang mana ia biasanya memutar lagu kesukaannya. Ya, ini adalah salah satu kebiasaan nya agar bisa mengurangi rasa sesak dalam dadanya dan ikut larut dalam suasana lagu yang ia putar.
Namun, ia justru tak melakukan kebiasaan yang selama ini ia senangi, ia melihat sudut meja di ruang kamarnya dan ia pun mengambil benda itu dengan sedikit mengibaskan tangan di permukaan benda itu.
Ia sedih sekaligus terisak tangis, lalu ia mulai membuka buku pedoman manusia yang mungkin sudah lama ia tak membukanya. Ia baca "Bismillahirrahmanirrahim", seketika itu ia hayati arti dari ayat yang ia baca. Ia tak bisa menahan air mata, begitu ia lanjutkan hingga "...Shirothol ladzina anam ta'alaihim waladhoolliin" lalu ia menutup Al-Qur'an yang ia baca. Ia meneruskan untuk memahami arti ayatnya dan ia mengingat-ingat bahwa selama ini ia hidup hanya sekedar hidup. Ia lupa bahwa ada iman yang harus dihidupi. Ada roh yang harus diberi makan. Maka ia pun sadar bahwa Al-Qur'an begitu penting dan ia memilih jalan yang terbaik untuk bisa hidup dengan Al-Qur'an.
Selesai.
Komentar
Posting Komentar